Kami menikmati rilisan terbaru ‘The Funambulists’ tentang ‘Ekologi Dekolonial’. Rilisan ini memuat berbagai cerita perjuangan di berbagai belahan dunia; dari Punjab ke Karibia hingga Oseania. Berikut kami cantumkan tulisan pengantar yang menyoroti isu-isu serta kontributor di dalam rilisan tersebut (Konten diambil dari situs mereka):

“Selamat datang di The Funambulist edisi ke-35. ‘Decolonial Ecologies’ membayangkan ekologi dekolonial sebagai persoalan pada beragam skala. Dalam rilisan ini terdapat wawancara dengan Malcom Ferdinand, seorang Martinik yang menulis ‘Une écologie décoloniale’ (2019), menghadirkan kerangka produktif yang menghubungkan dua konsep — “dekolonial” dan “ekologi” — yang sangat penting dalam konteks geografi Karibia. Selain Ferdinand, terdapat kutipan novel grafis karya Jessic Oublié tentang penggunaan Chlordecone yang mematikan di Martinik dan Guadeloupe. Para anggota The Red Nation juga berbicara terkait The Red Deal, sebuah risalah bersejarah yang mereka tawarkan kepada orang-orang di Pulau Penyu (dan juga di luarnya). Meztli Yoalli Rodríguez Aguilera turut hadir mengangkat permasalahan yang ada di selatan perbatasan pemukiman kolonial dengan menggambarkan hubungan masyarakat adat dan Afro Meksiko dengan laguna Oaxaca yang terancam oleh rasisme lingkungan. Dari sisi jauh selatan benua, Paulo Tavares menggambarkan sejarah “aliansi hutan” masyarakat adat yang melawan praktik predatorial ekstraktif terhadap Hutan Amazon oleh Pemerintah Brasil dan perusahaan multinasional. Apa yang dibicarakan oleh Aguilera juga memiliki keserupaan dengan Sammy Baloji yang mengangkat persoalan tambang di Kongo dan praktiknya yang melanggengkan kerusakan kolonial di jantung benua Afrika. Peneliti Chamoru, Kiara Quichocho, dan ahli geografi kelahiran Hawaii, Laurel Mei-Singhboth, turut membawa persoalan geografi Oseania ke dalam dialog-dialog ini dengan menceritakan dampak pendudukan militer Amerika Serikat di Guåhan (Guam) dan O’ahu di Hawai’i. Mereka juga mendiskusikan pengelolaan masyarakat adat terhadap tanah tersebut. Terakhir, Céline Chuang menyumbang tulisan yang merayakan hadirnya interkoneksi dan solidaritas yang akan dibangun antara para “keturunan diaspora pengungsi” dan perjuangan masyarakat adat untuk mengelola tanah mereka secara berdaulat.
Dalam terbitan “News From the Fronts”, Shamsher Singh memberikan sebuah perspektif Sikh tentang pemogokan besar-besaran petani dari Punjab ke Delhi, Sara Salem merefleksikan warisan kolonialisme di Belanda, dan Panashe Chigumadzi & Hopewell Chin’ono berbicara tentang perjuangan melawan korupsi dan penahanan politik di Zimbabwe pasca-Mugabe. ” (Issue: Decolonial Ecologies, diakses 27 Mei 2021)
Versi digital rilisan ini tersedia dan dapat dibeli melalui situs mereka: