Sebagai kontribusi dalam ‘The World is Our Household!’, ‘Kawan Forum’ Sakiya Art | Science | Agriculture, mengerjakan pertanian sintropik di Ein Qiniya, Ramallah, Palestina, tempat di mana mereka berpraktik. Pertanian sintropik terdiri dari berbagai jenis dan tingkatan tanaman, mulai dari pepohonan, semak, hingga tumbuhan ivy yang ditanam di lahan padat agar tumbuhan tersebut bisa saling menopang satu sama lain. Pertanian sintropik merupakan pertanian berbasis proses, menyesuaikan karakter hutan yang tumbuh dan berubah setiap saat. Metode ini berbeda dengan kebanyakan pertanian industri (yang cenderung monokultur). Pertanian hutan di Sakiya dimulai semenjak dilakukan lokakarya oleh Yara Duwani, kelompok petani lokal ‘Om Sleiman’ (dalam bahasa Indonesia berarti ‘kepik’) yang mendesain kebun kolektif. Lokakarya tersebut diikuti oleh partisipan dari komunitas Sakiya, juga mahasiswa dari Universitas Birzeit dan Universitas an-Najah. Yara memulai proyek ini dengan melakukan presentasi mengenai apa itu pertanian sintropik dan bagaimana penerapannya. Setelah itu, mereka bersama-sama menanam pohon dan tumbuhan lainnya, dengan melakukan pembibitan yang berasal dari kebun benih lokal, dibantu oleh Anas Salous dari kelompok tani Om Sleiman.
Tanah di Sakiya yang tadinya kosong, saat ini telah menjadi rumah bagi berbagai varietas tumbuhan endemik dan lokal setempat. Beberapa di antaranya seperti jenis-jenis pohon liar; pohon ek dan carob; pohon buah endemik Palestina seperti plum, kacang almond, dan aprikot; juga tanaman rempah seperti thyme, oregano, semak sage, dan lavender. Di antara pertanian padat demikian, sayuran musiman juga bisa ditanam –misalnya mereka saat ini sedang menanam kacang fava untuk kelak dipetik, dimasak, dan dikonsumsi bersama-sama dalam komunitas Sakiya (makan bersama menjadi aktivitas yang dimaknai amat penting bagi mereka).
Dalam 50 tahun ke belakang, wajah desa Ein Qiniya telah banyak berubah, terutama karena orang-orang mulai berhenti bergantung dengan pertanian. Di bawah pendudukan Israel, pemanfaatan lembah bagi keseharian orang-orang Palestina pun dibatasi; mereka tidak lagi diizinkan bertani, ataupun membiarkan kambing-kambing makan rumput (padahal sebelumnya, kambing juga merupakan sumber penghidupan penting di sana). Aliran air di lembah saat ini juga telah terkontaminasi oleh permukiman Israel yang terletak di puncak bukit di daerah Barat. Selain itu, pembangunan masif juga sedang terjadi di Ramallah bagian Timur, dan bahkan limbah air dibiarkan dibuang ke lembah. Polusi semacam ini membunuh kambing dan lebah yang sebelumnya banyak berkeliaran, serta mematikan pertanian lokal. Secara indrawi, Ein Qiniya juga telah banyak berubah. Dahulu, aroma tanaman buah seperti almond, aprikot, persik, buah ara, dan lain sebagainya melimpah ruah, menyeruak ke seluruh desa sepanjang musim panas. Saat ini, angin musim panas di Ein Qiniya tak lagi membawa aroma buah-buahan.
Sebagian besar tanah di Palestina, khususnya di daerah dataran tinggi, saat ini dipenuhi dengan pertanian pohon zaitun, yang dianggap sebagai spesies tumbuhan utama di Palestina. Selama ini, pohon zaitun ditanam terus menerus, berdampak pada pertanian berkarakter monokultur. Dampaknya, selama 50-100 tahun ke belakang, pohon buah-buahan selain zaitun mulai mati karena orang-orang berhenti menanam ragam tumbuhan tersebut. Melalui pertanian sintropik, Sakiya berupaya mengembalikan sejarah keberagaman tanah di Ein Qiniya, selagi bereksperimen dengan berbagai metode pertanian lainnya. Bagi Sakiya, aktivitas mereka tidak hanya menyoal hari ini, tahun ini, atau tahun depan. Alih-alih, mereka berusaha membayangkan masa depan; berbuat sesuatu untuk 10-20-100 tahun lagi, hingga tahun-tahun setelahnya. Semangat ini membawa Sakiya menengok sejarah demi keberlangsungan komunitas di masa datang. Dalam hal ini, pertanian sintropik di Sakiya tidak hanya dimaknai sebagai ruang untuk menanam atau bertani, tetapi lebih jauh: menjadi ruang belajar (dan membongkar pengetahuan (unlearning), sebagai cara untuk melestarikan pengetahuan dan praktik lokal hingga lintas generasi; menciptakan ritual baru guna melestarikan dan menjaga pengetahuan dan praktik bertani lokal, tradisional, dan berkelanjutan.
Di bawah ini adalah dokumentasi loka karya dan penanaman hutan sintropik, Ein Qiniya, Ramallah, Palestina. Sumber foto oleh Sakiya, 2021.