The World is Our Household!

DIDUKUNG OLEH

DIDUKUNG OLEH

‘The World is Our Household!’ (TWIOH) adalah sebuah program multidisipliner berdurasi 6 bulan yang bertujuan untuk berbagi dan belajar mengenai pengetahuan tersituasi dalam hidup bersolidaritas dengan komunitas dan lingkungan. TWIOH mempertemukan seniman, praktisi budaya, aktivis komunitas dan adat dari berbagai daerah di Indonesia, untuk berbagi konteks perjuangan masing-masing dengan satu sama lain dan publik luas guna menumbuhkan jaringan solidaritas trans-lokal. Inti dari TWIOH adalah situs ini, yang berisi video wawancara dengan berbagai komunitas di Indonesia; rangkaian podcast yang merefleksikan isu ekologis dan praktik perlawanan dari berbagai konteks; kumpulan tulisan baru; program Fellowship untuk seniman, petani, dan aktivis dan praktisi lainnya; dan Forum multi-situs yang disiarkan secara langsung melalui radio digital.

Jika kamu ingin mendapatkan kabar terbaru tentang TWIOH dan aktivitas yang kami lakukan, silakan berlangganan newsletter kami, atau ikuti kami di Instagram dan Facebook (lihat di bawah).

‘The World is Our Household!’ (TWIOH) dikelola bersama Bumi Pemuda Rahayu, Rujak Center for Urban Studies dan SAM Fund for Art and Ecology. TWIOH didukung oleh Prince Claus Fund for Culture and Development dan Goethe-Institut, Marinus Plantema Foundation, Arts Collaboratory, Arts Council England dan Goethe-Institut Indonesien.

Nama proyek ‘The World is Our Household!’ kami pinjam dari sebuah wawancara dengan Maria Mies (lihat tautan di bawah) tentang buku ‘Ecofeminism’ (1993) yang ia tulis bersama Vandana Shiva. Ketika membicarakan tentang subsistensi, Mies membagikan cerita ini:

“Saya mempelajari makna subsitensi—tidak hanya untuk individual tetapi juga untuk seluruh dunia—ketika saya diundang ke konferensi yang diadakan oleh the ‘Association of Catholic Rural Women’ (Asosiasi Perempuan Katolik Pedesaan). Seharusnya saya berbicara tentang subsistensi. Saya sedikit bingung. Apa yang harus saya katakan kepada perempuan desa tentang subsistensi? Ketika saya memasuki aula konferensi, saya melihat perempuan-perempuan meletakan berbagai macam sayur dan buah di mimbar: kol, kentang, wortel, apel, pir, dan bunga. Di atas hasil kerja mereka selama setahun tersebut, mereka memasang sebuah spanduk bertuliskan tema konferensi tersebut: “The World is Our Household!” Apa lagi yang bisa saya katakan tentang subsistensi! Jika semua manusia di bumi, perempuan dan laki-laki, merawat dunia ini selayaknya mereka merawat rumah tangga mereka, dunia ini akan menjadi tempat yang berbeda dan lebih baik.”

Sebagai sebuah platform kolektif yang mempertemukan kelompok yang mengusahakan keadilan sosial dan ekologis, baik dari Indonesia atau belahan bumi yang lain, spanduk tersebut menggambarkan spirit TWIOH: menumbuhkan jaringan solidaritas translokal.

* Joris Leverink, “Ecofeminism. A talk about hard work and great joy”, ‘Roar Magazine’, 22 Mei 2014. Tersedia di https://roarmag.org/essays/ecofeminism-maria-mies-interview/

Podcast